Paus Fransiskus dan Koperasi

Senin, 21 April 2025, Paus Gereja Katolik ke-266, Paus Fransiskus meninggal dunia. Selama ia hidup, Paus Fransiskus dinilai sebagai Paus yang progresif  dengan kepedulian yang kuat kepada kemanusiaan, pengentasan kemiskinan dan dialog antar agama. Paus Fransiskus kemudian menjadi “ilham” untuk The Economy of Francesco (EoF), model ekonomi yang diinisiasi untuk ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

 Paus Fransiskus (Jorge Bergoglio) menjadi kardinal di Argentina ketika krisis keuangan terjadi pada tahun 2001. Ketika krisis terjadi, para buruh mengambil alih dan menduduki pabrik-pabrik dan mengalami represi oleh pihak kepolisian. Bergoglio kemudian melindungi para buruh tersebut dari upaya kekerasan oleh pihak kepolisian. Ia kemudian turut menjadi pendukung untuk korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) bersama organisasi non-pemerintah bernama La Alameda Argentina. La Alameda sendiri terbentuk dari koperasi pekerja tekstil lokal yang membantu orang-orang untuk keluar dari lingkaran kerja dengan upah murah hingga bisnis prostitusi. Néster Esceuduro dalam jurnal yang ditulis Nathan Schneider menyebut bahwa Bergoglio sangat mendukung model bisnis koperasi. Bagi Bergoglio, ia memperhatikan aspek kemanusiaan dalam ekonomi yang menjadi basis koperasi.

Berkat pengalaman yang kuat tentang koperasi dan kemanusiaan, ketika Bergoglio menjadi Paus Fransiskus, dengan terang-terangan ia memberikan peringatan dan ajakan untuk berkoperasi. Pada 28 Februari 2015, kepada Konfederasi Koperasi Italia ia memberi peringatan:

 

When money becomes an idol, it commands the choices of man. And then it destroys man and condemns him. It renders him a servant. Money at the service of life can be managed in a just way by a cooperative, if however, it is an authentic, true cooperative, where capital is not in command over men but men over capital.”

 

Paus Fransiskus secara konsep memberikan peringatan untuk tidak menjadi “budak” bagi kapital atau modal dan pengingat untuk kembali kepada koperasi yang “otentik”, yang meletakkan kedudukan manusia diatas modal, bukan sebaliknya. Ia juga menyinggung koperasi-koperasi modern yang beraktivitas tidak ada ubahnya seperti korporasi kapitalis pada umumnya. Pada tahun berikutnya, dengan lugas Paus Fransiskus menyeru dengan jelas “Counter the false cooperatives!” alias Lawan Koperasi-Koperasi Palsu!.

Pemahaman Paus Fransiskus dan kesadarannya untuk membangkitkan ekonomi koperasi dan mengembalikan koperasi pada fitrah-nya relevan dengan keadaan koperasi Indonesia kini. Koperasi kini hanya menjadi bunga rampai atau pelengkap dalam pendidikan ekonomi (Swasono:2021). Dalam majalah Pembangun, 2 Februari 1943, Mohammad Hatta pernah menulis “Koperasi yang Sebenarnya dan yang Bukan”, yang menganalisis bagaimana orang-orang mendirikan dan menjalankan koperasi untuk dirinya sendiri saja, bukan kepentingan bersama. Praktik yang demikian juga berlanjut hingga kini bahkan meluas dan berkembang dalam ekonomi yang semakin modern.

Lebih lanjut, Paus Fransiskus selama ia hidup menampilkan progresifitasnya dalam banyak aspek di luar koperasi. Kemiskinan dan ketimpangan, pengungsi dan migran, perdamaian dan anti kekerasan, hingga krisis ekologi dan hak asasi manusia secara umum. Bersama ini, kami, Yayasan Hatta turut berduka cita atas meninggalnya Pope Francis. Nilai-nilai juang tersebut diatas akan terus kami sebarluaskan. Tenang dan abadi disana selamanya.

 

Hormat kami,

 

 

Yayasan Hatta