Hari Lahir Pancasila dan Indonesia Kini

Pancasila itu hendaklah diamalkan benar-benar dengan perbuatan janganlah ia dipergunakan sebagai “lip service” saja.-Mohammad Hatta

Pada April 1945, dibentuk  Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pembukaannya, dr. Radjiman Wediodiningrat menanyakan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Sidang Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia pertama yang diselenggarakan pada 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945 menjadi titik awal lahirnya Pancasila sebagai dasar negara. Pada rapat tersebut, Bung Karno memberikan pidato satu uraian tentang Lima Sila. Bung Karno pada waktu itu menyebut bahwa Indonesia memerlukan Philosofische Grondslag, atau dasar filosofis. 

Pidato itu kemudian diterbitkan dengan nama “Lahirnya Pancasila”. Pidato tersebut kemudian dapat menyatukan pertentangan tajam antara keinginan membentuk negara Islam  dan sekuler. Sebelum sidang itu selesai, dibentuklah panitia kecil untuk merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar negara berdasarkan pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 dan menjadikan teks tersebut untuk memerdekakan Indonesia. Kini, 1 Juni kemudian diperingati sebagai Hari Lahirnya Pancasila. 

Pancasila sebagai diskursus ideologi bukanlah kiri maupun kanan dan kiri, ia disebut oleh Bung Hatta sebagai jalan lurus. Dalam sila-silanya, Ketuhanan yang Maha Esa mengandung nilai moralitas. Disebut Hatta juga, bahwa moralitas kemudian berarti hidup membela keadilan, mencegahn kezaliman dan hidup tolong-menolong serta jujur dan menolak segala bentuk kecurangan. Dengan nilai kemanusiaan pada sila ke-2, berlaku pula hubungan manusia dan manusia, sikap harga-menghargai dan tolong-menolong serta tanggung jawab ditengah masyarakat yang bersatu dalam Persatuan Indonesia. Kerakyatan atau demokrasi Indonesia betul-betul berjalan diatas kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran, kesucian dan keindahan. Itu semua dapat mendorong terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat dengan bebas dari kemiskinan dan kesengsaraan hidup.

Pada 1 Juni 1977, di hari Peringatan Lahirnya Pancasila, Bung Hatta memberikan kritik kepada anak bangsa terkait keberadaan Pancasila di waktu itu. Bung Hatta menulis:

“Pancasila tidak boleh dijadikan amal di bibir saja, sebab itu berarti pengkhianatan pada diri sendiri.

…..

“Soalnya sekarang: adakah cukup rasa tanggungjawab untuk menyelenggarakan cita-cita bangsa dan tujuan negara sebagaimana mestinya menurut Pancasila? Soal inilah yang sangat disangsikan. Dalam kehidupan sehari-hari Pancasila itu hanya diamalkan di bibir saja. Tidak banyak manusia Indonesia yang menanam Pancasila itu sebagai keyakinan yang berakar dalam hatinya. 

Pancasila hari ini juga tidak banyak berubah dalam penerapannya meski telah dikritik oleh Bung Hatta sejak beberapa puluh tahun lalu. Ada banyak pengambilan kebijakan publik maupun penerapan kebijakan yang sama sekali tidak memperlihatkan nilai-nilai Pancasila. Gejala-gejala tersebut kiranya harus bisa menjadi pengingat bagi setiap anak bangsa untuk memperteguh pembelajaran dan penerapan Pancasila dalam kehidupan berbangsa. Lebih jauh, dalam pengambilan dan pelaksanaan kebijakan, Pancasila harus menjadi dasar dan tolak ukur.

1 Juni 2025,

Yayasan Hatta